ucapan

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

pencarian

Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label MotoGP. Tampilkan semua postingan

Rabu, 21 Oktober 2015

Petaka Ducati

Hasil gambar untuk stonerDucati-Desmosedici-GP13-Sepang-Test-1-42
Berantakan, mungkin itulah kata yang tepat untuk tim Ducati MotoGP. Sekali juara bersama Stoner, setelah itu abis. Padahal kalo dilihat dari motornya (Desmosedici), merupakan motor yang paling powerfull di MotoGP. Tidak diragukan lagi bahwa Ducati merupakan produsen mesin motor paling bertenaga di dunia. Bahkan sampai saat ini pun sebetulnya Desmosedici masih merupakan motor paling berlimpah horse powernya. Namun apa yang terjadi di sirkuit berkebalikan 180 derajat celcius ….

Awal munculnya kembali Ducati di MotoGP sudah langsung dibekali dengan mesin kuat, namun tanpa masukan dari pembalap “berkelas” ternyata tenaga kuat itu malah cenderung liar sehingga motor susah dikendalikan. Hanya Stoner yang mampu menjinakkan Ducati, dan sempat jadi juara Dunia bersama Ducati. Namun ternyata hal itu tidak berlangsung lama, manajemen Ducati dalam program pengembangannya memasukan agenda pergantian frame motor dari trelis (kayak frame-nya Honda CB150 yang baru aja diresmikan di indONEsia) ke Monocoque atau diistilahkan dengan frameless, karena seolah-olah tanpa frame (frame-mesin terintegrasi). Hal ini sebetulnya tidak disetujui oleh Stoner selaku pembalap “berkelas”-nya Ducati saat itu. Kepala divisi balap Ducati (Ducati Spa), bernama Preziosi, seolah-olah menutup kuping dari masukan-masukan yang berasal dari Stoner, padahal saat itu Stoner merupakan pembalap pengembang (pembalap yang memiliki kemampuan untuk mengembangkan motor, hanya beberapa yang punya keahlian seperti ini)-nya Ducati.

 Hasilnya bisa dilihat, prestasi Stoner turun drastis, sampai akhirnya beliau pilih hengkang dan balik lagi ke Honda. Walaupun di pernyataannya Stoner tidak pernah menyalahkan Preziosi, dia menyebutkan bahwa pihak Ducatilah yang tidak mau memenuhi keinginannya, bukannya Preziosi.
Musim berikutnya, didatangkanlah pembalap pengembang lainnya, Valentino Rossi. Rossi terbukti sakti mandraguna, di Honda dia juara berkali-kali, di Yamaha bahkan langsung juara di tahun pertamanya. Yamaha yang dipandang paling inferior dibandingkan Honda dan Ducati, bisa disulap jadi motor yang sangat nyaman, mudah diajak belak-belok, agility mantab (kemampuan untuk kembali ke posisi semula setelah dimiringkan pas belok, kalo gak salah :D), walaupun tenaga tidak sebesar Ducati dan top speed tidak sekencang Honda. Bisa dibilang Rossi dewanya lah untuk masalah pengembangan motor.

Namun apa yang terjadi, Rossi diperlakukan sama dengan Stoner di tahun pertama membalap untuk Ducati. Masukannya tidak banyak dipenuhi oleh Preziosi, manajemen Ducati tutup telinga rapat-rapat, pura-pura tuli. Hasilnya gagal total, lebih parah dari jaman Stoner. Baru di tahun kedua Rossi agak diberi kelonggaran, berbagai masukannya mulai didengar, termasuk untuk revolusi frame. Monoque (frameless) yang digadang-gadang merupakan terobosan teknologi canggihnya Ducati, diganti oleh Rossi dengan frame twinspar ala motor balap Jepang. Seolah-olah Rossi membuang inovasi teknologinya Ducati, namun hasilnya lumayan, sempat sekali naik podium. Tapi isunya masukan-masukan Rossi masih belum sepenuhnya dipenuhi, salah satunya adalah tentang pengurangan power motor, lha kepiye to, susah-susah bikin motor super kuat kok ini malah disuruh mengurangi, Rossi ini jian ra nggenah. Maksud Rossi sih agar si Duc bisa lebih mudah dikendalikan. Namun nasi dah jadi bubur, Rossi gak betah, dah ngomong sampai berbuih-buih, tetep aja manajemen budeg. Hengkanglah dia, kembali ke pelukan cinta sejatinya, Yamaha M1.
Setelah Ducati dibeli oleh Audi, divisi balapnya mengalami perombakan yang sangat signifikan. Si Preziosi diganti !!

Namun nampaknya sudah terlambat, Ducati tidak lagi memiliki pembalap pengembang, hasilnya sesi uji coba di Sepang kemarin cuman duduk di urutan 9, . Dovisioso masih belum mampu menaklukan Ducati, petaka masih berlanjut.Mungkin di dunia balap, masukan dari bawah lebih menentukan daripada best practise khayalan manajemen.sampai sini saja ya pembahasan kita.bye....

Selasa, 20 Oktober 2015

Pembalap motogp terbaik

hello.... bertemu lagi dengan saya pada kali ini saya akan membahas tentang PEMBALAP MOTOGP TERBAIK .Sebenarnya dulu saya sudah membahas tentang pembalap legendaris  MOTOGP pastinya kalau udah terbaik itu juga termasuk terbaik ya kan.... langsung saja pada pokok intinya.



10. Eddie Lawson

Juara: 1988-1989 ( Honda ), 1986 ( Yamaha ), 1984 ( Yamaha )

   Eddie Lawson yang lahir pada tanggal 11 Maret 1958 ini mampu meraih empat kali juara sepanjang karirnya yang dimulai sejak tahun 1983. Tiga kali dia peroleh bersama Yamaha, satu kali dengan Honda. Pembalap berkebangsaan Amerika Serikat itu meraih 31 kali kemenangan di Grand Prix dan 31 kali di posisi Runner Up.



9. Wayne Rainey

Juara: 1990-1992 (Yamaha)

   Dengan kemenangan 24 kali di Grand Prix, pria kelahiran 23 Oktober 1960 itu sudah tiga kali menjadi juara dunia. Sejak awal hingga akhir karirnya pada 1993, dia setia memacu Yamaha. Periode 1988-1993, bisa dicatat sebagai prestasi bagi pembalap Amerika tersebut, karena dia selalu berada dalam kelompok lima besar tercepat.


8. Kevin Schwantz

Juara: 1993 (Suzuki)

   Pria kelahiran 19 Juni 1964 ini sudah 105 kali menjadi juara Grand Prix dan satu kali juara dunia. Pembalap berkebangsaan Amerika Seikat tersebut aktif pada 1986 hingga 1995. Sepanjang karirnya, Schwantz belum pernah pindah tunggangan. Dia tetap setia dengan Suzuki, saat juara maupun tidak.


7. Michael Doohan

Juara: 1994-1998 (Honda)

   Pembalap asal Australia ini masuk dalam rekor sebagai salah satu pembalap yang meraih juara dunia Moto GP terbanyak sepanjang sejarah Moto GP, yaitu lima kali. Hebatnya, pria kelahiran 4 Juni 1965 tersebut memperolehnya secara berturut-turut dengan tunggangan Honda. Untuk kejuaraan Grand Prix, Doohan yang terakhir balap pada 1999, sudah 54 kali menang.

6. Àlex Crivillé

Juara: 1999 (Honda)

Pria kelahiran 4 Maret 1970 ini tercatat sebagai pembalap Moto GP berkebangsaan Spanyol pertama yang menjadi juara dunia di kelas 500cc, yaitu pada 1999. Hingga akhir karirnya, 2001, dia sudah 20 kali menjadi juara Grand Prix, dengan kemenangan terakhir di Prancis, pada 2000 lalu.

5. Kenny Roberts, Sr

Juara: 1978-1980 (Yamaha)

   Pria kelahiran 31 Desember 1951 ini merupakan orang Amerika pertama yang menjadi juara dunia MotoGP, yaitu pada tahun 1978. Sejak itu hingga akhir karirnya, penunggang Yamaha tersebut sudah tiga kali menjadi juara dunia dan 22 kali juara Grand Prix. Plus, dua kali juara Grand Prix untuk kelas 250cc, sehingga tercatat 24 kali juara plus pernah disebut-sebut sebagai orang yang mewariskan bakatnya ke Valentino Rossi.

4. Nicky Hayden
Juara: 2006 (Honda)

   Nah, ini adalah pembalap favorit mimin zaman dulu lhoo. Di tahun pertama pria yang nama lengkapnya Nicholas “Nicky” Patrick Hayden masuk dunia Moto GP tercatat pada tahun 2003. Pada debut pertamanya di Sirkuit Suzuka, Jepang, posisinya ada di urutan 7. Sampai saat ini, pria kelahiran 30 Juli 1981 itu satu kali menjadi juara dunia dengan tiga kemenangan pada seri Grand Prix.

3. Jorge Lorenzo

Juara: 2010 (Yamaha)

   Jorge Lorenzo yang masih menjadi legenda hidup merupakan pembalap berkebangsaan Spanyol yang masuk arena Moto GP sejak  tahun 2008. Pria kelahiran 4 Mei 1987 ini sudah menjuarai Grand Prix sebanyak 22 kali. Mengawali karir di kelas 125cc pada 2002, ketika itu usianya masih sekitar 15 tahun. Pada seri yang masih berjalan ini, posisinya ada di urutan pertama, setelah lima kali memenangi Grand Prix.

2. Casey Stoner

Juara: 2011 (Honda RC212V), 2007 (Ducati GP7)

   Pembalap asal Australia ini mulai ikut Moto GP pada tahun 2006 bersama tim Honda dan kemudian pindah ke tim Ducati. Pria kelahiran 16 Oktober 1985 tersebut sudah mengenal balapan sejak usia 4 tahun di kampung halamannya di sirkuit Gold Coast, Australia. Sepanjang karirnya, Stoner yang pada putaran tahun ini di posisi ketiga, sudah memenangi 37 kejuaraan Grand Prix.

1. Valentino Rossi

Juara: 2008-2009 (Yamaha), 2002-2005 (Yamaha)

   Valentino Rossi, pembalap yang mimin akui sebagai legenda Moto GP terbaik diantara yang terbaik. Merupakan salah satu ikon Moto GP Italia ini mengawali karir di kejuaraan Grand Prix pada 1996 di kelas 125cc dengan motor Aprilia. Pria kelahiran 16 Februari 1979 itu termasuk salah satu pembalap paling sukses sepanjang masa, dengan 11 kali juara dunia, termasuk di kelas 125cc dan 250cc. Rossi juga tercatat sebagai pembalap Moto GP/500cc pertama yang mampu memenangi 79 seri Grand Prix, benar-benar patut diancungi jempol karirnya.

   Nah, itulah 10 Pembalap Motor terbaik Moto GP Sepanjang Masa. Thanks buat sobat yang sudah mau mampir dan membaca artikel mimin. Selamat menjalani aktivitas gan
 

Senin, 19 Oktober 2015

Perbedaan antara motogp dan superbike

Hasil gambar untuk motogpVSSHasil gambar untuk super bike
Apakah anda penasaran dengan perbedaan motogp dan superbike?dalam kali ini ayo kita bahas tentang perbedaan tersebut.simak baik-baik.Penggemar balap motor pasti tau dua kejuaraan kelas dunia ini bukan, MotoGP adalah kelas tertinggi balap motor dunia dan Superbike tepat satu level di bawahnya. Banyak yang beranggapan bahwa motor Superbike jauh lebih cepat ketimbang MotoGP karena motor Superbike rata-rata berkapasitas 1000cc dan MotoGP hanya 800cc (2007-2011). Meski sekarang MotoGP menggunakan kapasitas mesin 1000cc masih ada saja yang beranggapan Superbike lebih cepat karena bisa menggunakan motor 1200cc.
Lalu sebenarnya apa perbedaan utama dari MotoGP dan Superbike ini?
MotoGP
Jelas yang digunakan motor di MotoGP semuanya adalah tipe Prototype (kecuali tahun 2012 dan mungkin seterusnya). Yaitu tipe motor yang dirancang khusus dari mesin, gearbox, sasis, kontrol elektronik, dengan suspensi, ban dan rem yang juga prototype untuk tujuan balapan. Motor ini tidak boleh dijual untuk umum karena spare part, bahan bakar, ban dan lain-lain tidak tersedia di pasaran dan kecepatannya juga terlalu tinggi.
Mesin MotoGP mampu bertahan hingga beberapa bulan dengan konsumsi bahan bakar yang seirit mungkin tapi tetap mampu berlari sekencang mungkin. Tidak heran sebelum peraturan pembatasan mesin berlaku di MotoGP, satu tim MotoGP bisa “merusak” puluhan set mesin dalam waktu satu tahun.
Superbike
Ajang World Superbike ada untuk tambahan hiburan bagi para pecinta balap motor. Motor yang digunakan para kontestan Superbike adalah motor produksi massal yang semua orang bisa beli di dealer. Mereka melakukan modifikasi disana-sini untuk memaksimalkan potensi motor tersebut untuk digunakan di arena balap. Singkatnya, motor Superbike sangat jauh beda dengan MotoGP karena mereka menggunakan motor sport standar harian yang dimodifikasi.
Bagaimana dengan CRT?
CRT (Claiming Rule Team) adalah kategori baru di MotoGP. Untuk menyelamatkan grid MotoGP yang sepi dan mengurangi biaya kontestan MotoGP, mulai 2012 Dorna memberlakukan regulasi CRT. Yaitu tim dengan motor yang menggunakan mesin produksi masal boleh berpartisipasi di MotoGP. Hampir sama dengan Superbike tapi tetap banyak perbedaan. Di Superbike, tim tidak boleh memodifikasi habis-habisan mesinnya untuk membuat ajang World Superbike tetap “murah” dan banyak yang tertarik berpartisipasi. Di Superbike juga tidak boleh menggunakan rem karbon yang mahal dan melakukan modifikasi sasis.
Sedangkan CRT di MotoGP sekarang mereka memang menggunakan mesin berbasis produksi masal seperti mesin motor Superbike, meski sebenarnya tidak ada aturan baku tim CRT wajib menggunakan mesin produksi masal. Tapi, tim CRT diperbolehkan memodifikasi sasis dan mesin habis-habisan untuk tujuan balap. Biarpun begitu kebanyakan tim CRT membangun sasis mereka sendiri. Tim CRT juga mempunyai bobot motor keseluruhan yang lebih ringan dari Superbike sehingga lebih cepat. Tim CRT boleh menggunakan rem karbon dan teknologi kontrol traksi yang ada di MotoGP. Singkatnya, secara teori CRT masih lebih cepat ketimbang Superbike.
Tapi sangat lucu jika melihat catatan waktu para pembalap CRT justru lebih lambat dari para pembalap Superbike, padahal motor CRT lebih cepat dan canggih ketimbang Superbike. Pembalaplah masalahnya, kita tau Superbike punya pembalap berkualitas seperti Carlos Checa, Max Biaggi, dan Marco Melandri yang mana mereka adalah mantan pembalap MotoGP (era full prototype). Sedangkan CRT, banyak nama baru yang sebenarnya masih “pemula” seperti Danilo Petruci, Ivan Silva, Yonny Hernandez dll. Meski ada nama Randy De Puniet di CRT yang mana dia juga mantan pembalap motor Prototype MotoGP, tetap saja kalah kualitas dengan trio Superbike tadi. Apalagi CRT adalah tim independen dan ini adalah tahun pertama mereka berkompetisi, tidak seperti Superbike yang masih bisa dapat beberapa bantuan dari pabrikan dan kejuaraan Superbike juga sudah ada sejak 1988.
Semakin mahalnya biaya balap di MotoGP membuat beberapa pabrikan kabur seperti Aprilia, KTM, Pronton KR, Kawasaki dan terakhir Suzuki. Regulasi CRT adalah solusi Dorna untuk mengurangi biaya balap di MotoGP sekaligus juga jadi kontroversi. Ada dua kejuaraan yang berbeda dalam satu kompetisi. Bagi para pembalap MotoGP, mengendarai motor CRT adalah sebuah kemunduran dan hal ini juga yang membuat juara dunia dua kali MotoGP (2007, 2011) Casey Stoner menyatakan pensiun karena tidak suka dengan motor CRT.